Suatu Khotbah/Renungan Khusus
Minggu Trinitatis, 30 Mei 2021
Menghayati Ketritunggalan Allah (Allah Trinitatis)
Saudara-saudari yang dikasihi oleh Yesus Kristus. Saya hendak menyapa kembali segenap pembaca dan sahabat di mana pun berada. Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah kiranya menyertai kita di mana pun berada. TUHAN kiranya memampukan kita bersama masyarakat dan bangsa Indonesia menghadapi dan mengatasi aneka tantangan, termasuk dampak pandemi covid-19.
Secara liturgi gerejawi - kini kita hendak menghayati Minggu-minggu Trinitatis (Trinitas) - bahkan selama 24 Minggu pada tahun ini - dengan tutup altar berwarna hijau yang melambangkan kehidupan, semangat, dan harapan baru bagi Gereja bersama orang beriman setelah peringatan dan perayaan Pencurahan Roh Kudus pada Hari Pentakosta.
Sekadar info bahwa istilah Allah Tritunggal (Hasitolusadaon ni Debata; The Trinity of God) tidak ditemukan dalam Alkitab. Istilah Allah ‘Tritunggal’ (Allah ‘Trinitatis’) awalnya diperkenalkan oleh Tertullianus (*160 - †220) - seorang bapa gereja, teolog dari Tunisia, Afrika Utara - untuk membantu pemahaman umat Kristen dan pendengar pada zamannya dan sekarang yang, a.l. mengajarkan bahwa Allah itu Esa, sejak penciptaan telah berkarya melalui ‘tiga cara dinamis yang kreatif’ di dalam nama dan kuasa Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus demi keselamatan umat beriman.
Minggu-minggu Trinitatis hendak menghayati karya ke-Tritunggal-an Allah (Hasitolusadaon ni Debata) yaitu Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Dalam Katekismusnya, Martin Luther (1483-1546) antara lain menjelaskan karya Allah Bapa yang mencipta, Allah Anak yang menebus ciptaan dan Allah Roh Kudus yang membarui ciptaan. Melalui Roh Kudus, dinyatakanlah kehadiran dan kegiatan Allah yang terus-menerus di dunia ini dan di antara umat. Roh Kudus menaungi dari atas, menuntun dari samping, dan mendukung dari dalam hati umat beriman. Roh Kudus diyakini sebagai tanda baru dan lanjutan penyertaan TUHAN bagi umat. Gereja tumbuh-kembang oleh karya Roh Kudus.
Saudara-saudari, secara khusus perlu kita pahami dan hayati apa kata Gereja HKBP mengenai Ketritunggalan Allah (Allah Tritunggal) berdasarkan Alkitab. Dengan menerima Konfesi Oikumenis (Konfesi Apostolicum, Konfesi Niceanum, dan Konfesi Athanasianum), HKBP melalui Konfesi (Pengakuan Iman) Gereja HKBP 1951 Pasal 1-3 dan 1996 Pasal 1, antara lain mengajarkan dan menegaskan secara kontekstual inti pokok mengenai ‘Ketritunggalan Allah’ sebagai berikut: Kita percaya dan bersaksi bahwa Allah itu Esa dan di dalam penyataan-Nya yang Tritunggal – yaitu Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus - sifat-Nya tidak berawal dan tidak berakhir (Yoh. 5:19; 14:11; 1:1; 15:26; 2 Kor. 13:13; Mat. 28:19; Kej. 1:1-2). Dengan ajaran ini, HKBP, antara lain menolak ajaran: (a) Triteisme yang mengajarkan Allah terdiri dari tiga secara terpisah dan berbeda; (b) Ateisme yang meniadakan Allah dan keberadaan-Nya; (c) Pantheisme yang memperilah semua ciptaan; (d) Okultisme yang menyembah kuasa-kuasa iblis dan roh kegelapan; (e) Fatalisme yaitu takdir (Batak: ‘sibaran’) yang meyakini bahwa hidupnya telah dikuasai/ditentukan oleh nasib buruk/fatal; (f) “Bahasa roh” (glossolalia; parhataan sileban) yang tidak dimengerti oleh warga dalam persekutuan jemaat (1 Kor. 14:27-28); (g) Segala bentuk ‘kerasukan roh’. Begitu antara lain, kata HKBP.
Saudara-saudari, kiranya kita pahami dan hayati – seturut Liturgi Gerejawi HKBP – bahwasanya Ibadah Mingguan Gerejawi kita senantiasa ‘diawali’ dan ‘dideklarasikan’ dengan menyebut: “Di dalam nama Allah Bapa, dan nama Anak-Nya, Yesus Kristus, dan nama Roh Kudus yang menciptakan langit dan bumi”. Ajaran iman Kristen mengenai Ketritunggalan Allah menghendaki supaya kita terus belajar menghayati karya keselamatan yang dinamis dan kreatif di dalam nama Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus kepada orang beriman dan yang akan beriman karena belas-kasihNya saja. Amen. Salam. *AAZS* hkbpjogja.org