Hidup Dalam Didikan TUHAN

 

HKBP Yogyakarta,

Khotbah Minggu XVI Setelah Trinitatis 19 September 2021

HIDUP DALAM DIDIKAN TUHAN

(PENGKHOTBAH 10 : 10 - 15)

Saudara-saudari yang dikasihi dan mengasihi Tuhan Yesus.

Menurut tradisi Yahudi, Salomo menulis Kidung Agung ketika masih berusia muda, Amsal pada usia setengah tua dan kitab Pengkhotbah pada tahun-tahun akhir hidupnya. Pengaruh yang bertumpuk dari kemerosotan rohani, penyembahan berhala, dan hidup memuaskan-diri pada akhirnya membuat Salomo kecewa dengan kesenangan dan materialisme sebagai cara untuk mencapai kebahagiaan. Kitab Pengkhotbah mencatat renungan-renungan sinisnya tentang kesia-siaan dan kehampaan usaha menemukan kebahagiaan dengan hidup terlepas dari Allah dan Firman-Nya. Ia telah mengalami kekayaan, kuasa, kehormatan, ketenaran, dan kesenangan sensual -- semua secara melimpah -- namun semua itu akhirnya merupakan kehampaan dan kekecewaannya saja, "Kesia-siaan belaka! Kesia-siaan belaka! ... segala sesuatu adalah sia-sia" (Pengkh 1:2). Tujuan utamanya dalam menulis Pengkhotbah mungkin adalah menyampaikan semua penyesalan dan kesaksiannya kepada orang lain sebelum ia wafat, khususnya kepada kaum muda, supaya mereka tidak melakukan kesalahan yang sama seperti dirinya. Ia membuktikan untuk selama-lamanya kesia-siaan melandaskan nilai-nilai kehidupan seorang pada harta benda duniawi dan ambisi pribadi. Sekalipun orang muda harus menikmati masa muda mereka (Pengkh 11:9-10), adalah lebih penting untuk mengabdikan diri kepada Sang Pencipta (Pengkh 12:1) dan membulatkan tekad untuk takut akan Allah dan berpegang pada perintah-perintah-Nya (Pengkh 12:13-14); itulah satu-satunya jalan untuk menemukan makna hidup ini.

Saudara-saudari yang dikasihi dan mengasihi TUHAN, Renungan Minggu XVI Setelah Trinitatis ini, Pengkhotbah 10:10-15, terlihat ciri khas dari pengkhotbah sebagai seorang guru kebijaksanaan yang telah melewati berbagai suasana kehidupan yang senantiasa terus mengedepankan betapa berharganya hikmat (takut akan Allah). Hal berhikmat itu tidak teoretis tetapi praktis. Berhikmat atau tidak akan terpancar ke dalam sikap dan perbuatan sehari-hari. Hikmat akan membuat orang tahu bagaimana berespons terhadap penguasa yang marah (ayat 4). Jika pemimpin tidak berhikmat ia akan menimbulkan kesalahan besar dalam salah menempatkan orang dalam posisi penting. Secara ironis pengkhotbah menyindir pemimpin yang tidak berhikmat (ayat 6-8). Bahkan dalam kerja sehari-hari pun nyata betapa pentingnya hikmat (ayat 9-11). Hikmat berhubungan dengan sikap dan tindakan yang patut. Pertama, Pengkhotbah menyinggung soal perkataan. Kata-kata orang berhikmat pasti membangun, hati-hati, bermanfaat; (bnd Efesus 4 : 29); kebalikannya tentulah kata-kata orang bodoh dan bebal.

Umat TUHAN, perkataan orang bodoh hanya akan menjadi bumerang yang mencelakakan dirinya sendiri. Dengan perkataannya, dia menyakiti orang lain dan membuat orang lain tidak menyukainya. Lalu, orang akan menghindari dan membencinya. Jadi, kalau kita ingin menjadi orang yang bijaksana, perhatikanlah perkataan kita. Berpikirlah dahulu baik-baik sebelum kita berbicara atau sebelum kita mengeluarkan perkataan. Ingatlah bahwa perkataan itu bisa jauh lebih menusuk, melukai, dan menyakiti dari pedang yang tajam. Ayat 14, Pengkhotbah membicarakan tentang ciri-ciri lain dari kebodohan atau ketidakbijaksanaan itu. Dalam ayat 14, ia mengatakan orang yang tidak bijaksana adalah orang yang banyak bicaranya, meskipun sebenarnya ia tidak tahu apa-apa. Orang yang tidak tahu apa-apa biasanya menjadi orang yang sok tahu dan banyak bicara. Orang yang seperti itu tidak pernah tahu kapan ia harus diam. Mereka terus-menerus bicara dan tidak mau mendengarkan orang lain. Itu membuat orang lain menjadi lelah dan bosan. Karena itu, kita harus ingat apa yang dikatakan Pengkhotbah 3 bahwa ‘ada waktunya berbicara, tetapi juga ada waktunya mendengarkan’. Dalam ayat 15 dijelaskan orang yang tidak bijaksana itu sering melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak penting. Mungkin orang itu bisa terlihat sibuk atau lelah, tetapi sebenarnya tidak ada satupun hal berarti yang dilakukannya, selain melelahkan dirinya sendiri. Dia tidak tahu tentang tujuan dari setiap hal yang dilakukannya. Ungkapan dalam ayat 15 ini kemungkinan berasal dari peribahasa orang Yahudi yang ingin menyatakan tentang seseorang yang mengerjakan segala sesuatu secara salah. Itu diibaratkan dengan orang yang tidak tahu jalan ke kotanya sendiri. Dia tidak tahu bagaimana keadaan kotanya atau rumahnya sendiri. Apabila orang tidak pernah tahu dan menyadari keterbatasannya sendiri, ia akan melakukan segala sesuatu secara salah. Sebaliknya, orang yang bijaksana itu justru adalah orang yang tahu kelemahan, keterbatasan, dan ketidaktahuannya, serta mau mengakuinya. Dalam Alkitab, ada dua sikap yang sangat penting yang sering dianjurkan untuk diteladani. Mengetahui kekurangan dan keterbatasan diri sendiri sehingga bisa selalu rendah hati. Menyadari talenta atau karunia yang TUHAN berikan supaya tidak rendah diri. Dua hal ini perlu kita lakukan secara seimbang sebab hanya mengakui keterbatasan saja akan membuat seseorang tidak mampu mensyukuri berkat TUHAN. Sebaliknya, hanya menyadari talenta saja, hanya akan membuat seseorang menjadi tinggi hati.

Tema Minggu kita mengatakan Hidup dalam didikan TUHAN, itu berarti setiap kita senantiasa seperti kata Pengkhotbah agar bertekad untuk takut akan Allah dan berpegang pada perintah-perintah-Nya (Pengkh 12:13-14); senantiasa mencari dan menemukan hikmat seturut dengan firman Allah dan kehendakNya. Dari hari ke hari kita cukup bijaksana untuk memperhitungkan setiap tindakan bahkan perkataan kita, kegiatan-kegiatan yang bermakna; bukan sebaliknya melahirkan tindakan-tindakan; perkataan-perkataan atau bahkan aktivitas-aktivitas yang bukan saja merugikan kita, namun merugikan banyak orang juga. Marilah terus belajar tiada henti-hentinya; demi kedewasaan dan dipenuhinya kita oleh hikmat, hikmat yang bersumber dari Allah demi kebaikan kita dan orang-orang lain. Belajar pada TUHAN dan firmanNya.

Selamat Hari Minggu. TUHAN memberkati. *BWP* hkbpjogja.org

hkbpjogja 2022

Login Form